Selamat Jalan, Bapak
Sitatur Rohmah
Rabu, September 11, 2019
0 Comments
Sumber Foto : Pinterest |
Selamat jalan, Bapak
Izinkan saya membuka surat dengan kalimat itu, ucapan
selamat karena Bapak akan segera bertemu kekasih hati.
Sebenarnya, rasa sedih itu sudah saya rasakan sejak tanggal
1 September 2019 lalu, saat diberitakan Bapak dirawat di RSPAD Gatot Soebroto karena beberapa
penyakit serius yang Bapak derita tahun-tahun terakhir ini.
Rabu, 11 September 2019 sore, langit sedikit redup ketika saya pulang ke
rumah. Ah, tak ada firasat kehilangan, hanya bertanya apakah ini pertanda musim
hujan akan mulai datang. Ternyata mendung itu menjadi hujan. Hujan air mata
kehilanganmu, Bapak.
Berita berjudul “Presiden RI ke-3 BJ Habibie telah
Wafat” membuat duka yang dalam tak tertahan, air mata kesedihan kehilangan tak
terbendung.
Saya mengenalmu sejak belia, Bapak. Saat masih
menghafal nama-nama Menteri Kabinet dibawah Presiden Soeharto. Saya dan
teman-teman hapal diluar kepala siapa nama Menristek, karena selalu tertera
nama yang sama, nama Bapak. Karena Bapak menjabat posisi ini sejak periode 1978 hingga 1998.
Betapa saya
bangga saat guru kami menceritakan tentang pesawat N250 Gatot Kaca hasil rancangan Bapak
bersama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio. “Wow,
Indonesia bisa membuat pesawat sendiri” decak kekaguman akan super pandainya
Bapak.
Lalu, kebanggaan anak desa seperti saya bertambah ketika foto Bapak terpampang di
tiap kelas dan kantor di sebelah kiri foto Presiden. Bulan Maret 1998 bapak menjabat
sebagai Wakil Presiden ke-7 RI mendampingi Presiden Soeharto.
Lalu mundurnya
Soeharto dari jabatan presiden karena Peristiwa Mei 1998, membuat foto Bapak
harus digeser ke sebelah kanan. Ya, jabatan Bapak naik dari Wakil Presiden
menjadi Presiden pada 21 Mei 1998. Meskipun cukup singkat masa jabatan Bapak
sebagai Presiden ke-3 RI, yakni selama satu tahun lima bulan, kiprah Bapak dan
prestasi Bapak di dalam dan di luar negeri makin membuat saya bangga.
Ah, saya jadi ingat lirik lagu Iwan Fals berjudul Bung Hatta, yang rasanya pas juga saya lagukan untuk Bapak :
“Terbayang baktimu, terbayang jasamuTerbayang jelas jiwa sederhanamu”
Kesederhanaan Bapak itulah yang kemudian juga menghadirkan
cinta di sekeliling Bapak. Pun cinta dari seorang wanita bersahaja yang
mendampingi Bapak hingga beliau tutup usia, ibu Ainun. Saya baper ketika mengikuti
cerita perjalanan cinta Bapak dan Ibu Ainun. Betapa beruntungnya beliau
dimulialan oleh lelaki penuh kasih sayang seperti Bapak.
Bahkan sampai beliau
tiada pun, Bapak setia mengunjungi makam beliau, membawakan bunga tanda rindu
dan sederet cerita seolah beliau masih ada. Siapapun akan meleleh membaca kata mutiara
untuk istri Bapak tercinta “Tak
perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu
bahagia dan membuat berarti lebih dari siapa pun."
Bapak buat saya adalah sosok sempurna
sebagai pria. Kecerdasan dan kelembutan hati adalah paduan sempurna bagi sosok
idola.
Ah, sayup terdengar suara Iwan Fals yang
membuat air mata saya menetes lagi,
Tuhan, terlalu cepat semua, Kau panggil satu-satunya yang tersisa
Tapi, itulah mimpi Bapak, bersatu kembali
dengan belahan jiwa di rumah-Nya. Saya relakan kepergian bapak, dengan segenap
kenangan dan kebanggan yang akan saya ceritakan pada anak-anak saya, tentang
salah satu Putra Terbaik Bangsa Indonesia.
Hujan air mata dari pelosok negeriSaat melepas engkau pergi
Selamat Jalan, Bapakku. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, mengasihimu, memuliakanmu dan menyiapkan surga untukmu.