Rabu, 12 Juni 2019

Yuk, Hati-hati Bercanda di Grup Reuni

Rabu, Juni 12, 2019 9 Comments
Sumber foto : Rawpixel dari Pixabay



Reuni atau ajang kumpul-kumpul sesama alumni satu sekolah sering kita lakukan jika masa liburan tiba,  seperti liburan hari raya seperti sekarang ini. Pasti sudah berderet undangan reuni  yang kadang digabung dengan acara halal bi halal. Temu kangen, jumpa kawan lama atau reuni bisa dari teman semasa TK, SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi. Bahkan reuni juga bisa jadi ajang temu kangen dengan mantan rekan kerja di kantor dulu. 

Reuni ini biasanya akan berlanjut dengan dibentuknya whattsapp grup alumni. Bahkan yang tidak datang acara reuni pun tiba-tiba diajak masuk bergabung dengan alasan menyambung tali silaturahim. Sebenarnya ide ini bagus, karena dari grup alumni kita bisa berbagi informasi, sekedar saling memberi kabar dan mengakrabkan diri dengan saling bercanda, berkelakar. 

Memang sih, bahwa menyambung silaturahim, salah satunya melalui group reuni pahalanya besar, selain juga akan akan memanjangkan usia kita. Masih ingat kan kisah Nabi Daud AS yang waktu wafatnya ditunda berkat silaturahim yang dilaksanakannya menjelang waktu wafat? Dikisahkan pada saat itu Nabi Daud AS sudah diberitahu malaikat tentang akan datangnya waktu baginya untuk kembali kepada Allah. Mengetahui hal ini, Nabi Daud AS mempersiapkan diri. Beliau mengunjungi seumua pengikutnya untuk meminta maaf dan memberitakan bahwa beliau akan menghadap Allah. Nabi Daud mengisi sisa usia beliau dengan tetap menyebarkan kebaikan lewat syiar. Tibalah hari yang sudah dijadwalkan, Nabi Daud AS bersiap menghadap Alah dengan mandi dan menyiapkan pulakain kafan yang akan dipakai. Tetapi datanglah malaiakat yang diutus Allah untuk memberikan kabar bahwa waktu kematian Nabi Daud AS ditunda, berkat silaturahim yang dilakukan beliau. 

Dari kisah ini, tak bisa disangkal lagit tentang manfaat dari reuni, jika diniatkan untuk menyambung persaudaraan dan saling menebar kebaikan.

Tetapi, faktanya kadang grup alumni jadi sumber awal bencana dalam rumah tangga atau pecahnya pertemanan. Obrolan yang semula hanya bercanda bisa berbuntut dibawanya perkara ke pengadilan. CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) tanpa melihat situasi bisa jadi awal perang dalam suatu hubungan. 

Nah, berikut ini 5 aturan umum dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain atau dengan sekelompok orang yang sering dilanggar :

1. Menyinggung SARA
Sudah menjadi aturan umum bahwa dalam menggunakan media dengan banyak pengguna yang berinteraksi didalamnya adalah tidak boleh menyinggung masalah Suku, Agama, Ras dan Antargolongan. Jika empat hal ini dijadikan bahan bercanda, bersiaplah terjadi pertengkaran dalam grup yang bisa berujung pada perpecahan pertemanan.

2.       Memperolok atau Mengejek
Hal ini berlaku bagi anggota maupun keluarganya. Belum tentu setiap orang menerima jika dijadikan bahan ejekan. Apalagi jika menyinggung orang-orang terdekatnya seperti orang tua,  anak dan istri atau suami.

3.       Perbedaan Kondisi Dahulu dan Sekarang
Merasa dekat atau merasa pernah akrab, mungkin menjadikan sesorang lupa bahwa kondisi dahulu dengan saat ini sudah jauh berbeda. Teman SD kita sekarang boleh jadi sudah punya anak bahkan cucu. Label yang menempel pada teman sewaktu SD sangat mungkin sudah berbeda dengan situasi saat ini. Kita harus bisa menempatkan diri sebagai pribadi yang ada saat ini. Maksudnya sebagai seseorang yang harus menjaga martabat keluarga, dengan berhati-hati ketika bercanda.

4.       Jam Mengobrol yang Disepakati
Ibarat kantor grup alumni semestinya punya jam mengobrol yang disepakati bersama. Misalnya tidak ada chat pada waktu-waktu khusus untuk ibadah, jam kantor, jam belajar atau waktu istirahat. Meskipun bisa saja kita tidak ikut cutting tetapi notifikasi masuknya pesan bisa saja mengganggu aktivitas utama saat itu.

5.       Bullying
Beramai-ramai membully teman dalam group tentu menimbulkan rasa tidak nyaman. Siapapun akan tidak suka jadi korban perundungan, meskipun hanya dalam obrolan di grup.  Hal ini juga bisa menimbulkan perpecahan.

Sebaik baik segala sesuatu itu adalah yang banyak manfaatnya. Jika grup alumni ini memberi kontribusi positif bagi kita, maka grup tersebut tetap layak diikuti guna menyambung silaturahim. Tetapi jika banyak mudharat atau kerugian yang kita dapat dari grup reuni, kita berhak untuk pamit undur diri. Keluar dengan baik dengan alasan yang bisa dimaklumi tentu bukan berarti memutus pertemanan.


#groupreuni
#reuni


Minggu, 09 Juni 2019

Anak Milenial Tumbuh Tanpa Gadget? Bisa atau Tidak, ya?

Minggu, Juni 09, 2019 0 Comments

Anak Milenial Tumbuh tanpa Gadget? Bisa tidak ya?


hidup di era digital tanpa bersentuhan dengan peralatan digital, rasanya sulit. Ketika hampir semua orang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menikmati kemudahan hidup, apakah kita mau bersusah payah hanya untuk makan atau bepergian? jawabannya pasti lebih banyak yang setuju kita ikuti arus perkembangan zaman dengan mengambil manfaat dari kemajuan yang ada.

Banyak hal semakin mudah dengan adanya kemajuan teknologi, tetapi ada pula yang makin sulit dikendalikan dengan perkembangan yang terjadi. Satu yang utama adalah pengasuhan anak. Hmm.. ini PR besar para orang tua mendidik anak di tengah gempuran kemajuan teknologi sekaligus kemunduran "nilai" dalam kehidupan.

Jika menjawab pertanyaan yang saya jadikan judul artikel ini, apa jawaban Anda? Kalau kata saya, bisa iya bisa tidak. Kalau dibilang bisa, ini memang masih sedikit yang saya jumpai anak tanpa gadget. Dari sedikit yang ada inipun belum banyak memberi bukti. Karena meskipun anak bersih dari gadget, orang tuanya masih menggunakan untuk keperluan anak. Artinya anak sebenarnya tetap menggunakan gadget lewat tangan orang tuanya.

Sebelum berlanjut, perlu kita sepakati pengertian gadget dalam tulisan ini. Gadget, meskipun beragam tetapi yang paling populer dan paling banyak digunakan saat ini adalah handphone berikut jaringan internet.
Lalu alasan dari jawaban tidak adalah bahwa terkadang tugas di sekolah pun membutuhkan gadget dalam pengerjaannya. Tiap anak pasti memiliki group orang tua. Paling tidak satu Whattsapp group. Ini belum ditambah dengan group komite, group kelompok ekstrakulikuler, dan lain-lain. 

Anak-anak pun banyak yang memiliki Whattsapp group dengan alasan untuk saling bertukar informasi seputar sekolah. Atau untuk keperluan mencari bahan laporan atau tulisan, anak terbiasa googling (menggunakan mesin pencari di internet) dengan alasan pengayaan bahan (meskipun materi dari buku paket pun sebenarnya sudah ada).

Sekarang, jika lebih banyak yang setuju menggunakan (dengan syarat) dibanding yang tidak, apa langkah terbaik supaya keberadaan gadget bukan menjadi pengganggu, tetapi justru memberi support tumbuh kembang anak supaya sehat jiwa dan raganya? 
1.       Pengaturan waktu penggunaan
2.       Pembatasan konten yang bisa diakses
3.       Keterlibatan orang tua (dominasi peran orang tua)
4.       Kesepakatan sebagai “kontrak penggunaan gadget” antara anak dengan orang tua


"Kita tidak bisa menolak kemajuan. Bukan hanya akan ketinggalan zaman, tetapi juga akan sendirian." 


Lalu, bagaimana supaya tidak ketinggalan, tetapi tetap aman? Tetap aman, karena dampak negatif dari penggunaan gadget juga jumlahnya sebanyak manfaat dan kemudahan yang ditawarkan olehnya. 

Alasan kesehatan adalah yang paling utama, baik kesehatan badan dari gempuran radiasi maupun sehat secara ruhani, karena gadget kadang menggeser kata “manusiawi” dari kehidupan sehari-hari.




Baiklah, kita kupas satu demi satu syarat-syarat yang harus dipenuhi jika gadget memang harus ada.

1.       Pengaturan waktu penggunaan.
Pengaturan waktu disini berkaitan dengan jadwal penggunaan dan durasi. Jika gadget ditempatkan sebagai alat hiburan, maka porsinya tidak bisa lebih banyak dari tugas dan tanggung jawab yang ada. 

Karena tugas utama anak adalah belajar, sebaiknya gadget hanya bisa digunakan pada hari libur, bukan hari belajar. Durasi maksimal dalam sehari atau sepekan bisa ditentukan dari kesepakatan anak dan orang tua, dimana peran orang tua lebih harus mengarahkan bukan mengikuti keinginan anak semata.

2.       Pembatasan konten yang bisa diakses
Meskipun ada tools yang bisa dipasang, tetapi aturan pembatasan konten yang boleh diakses oleh anak tetap harus diterapkan. 

Pembatasan ini bisa disesuaikan dengan usia anak. Biasakan anak untuk selalu meminta izin pada orang tua jika mengakses konten yang belum masuk dalam kesepakatan. Dalam pembahasan ini, saya biasanya menganalogikan dengan pakaian. Tiap anak hanya bisa memakai baju ukuranya pas dengannya.

3.       Keterlibatan orang tua (dominasi peran orang tua)
Saya lebih menekankan pada dominasi atau keterlibatan yang dominan, karena bagaimanapun anak-anak masih dibawah pengasuhan orang tua. Sehingga kendali dan kontrol masih ada pada orang tua. Keterlibatan disini tidak hanya dalam kebijakan, tetapi secara fisik orang tua perlu terlibat dalam penggunaan gadget. Tidak perlu setiap saat mendampingi, sesekali ikutlah melihat apa yang dibuka atau dimainkan anak-anak. Kehadiran orang tua pada kegiatan anak seperti ini, selain sebagai kontrol juga menambah kedekatan emosional antara orang tua dengan anak. Bermain dengan mereka pasti akan jauh lebih menyenangan  dibanding membelikan mainan saja.

4.       Kesepakatan sebagai “kontrak penggunaan gadget” antara anak dengan orang tua. Hal ini penting dan bisa digunakan sebagai pass word untuk bisa menikmati gadget. Kesepakatan tersebut bisa ditulis dalam selembar kertas yang ditandatangani anak dan orang tua. Ini menandakan bahwa kesepakatan adalah hal serius yang harus ditaati oleh kedua belah pihak. Orang tua harus tegas melaksanakan kesepakatan (jika ada pelanggaran), meskipun mungkin akan  diiringi derai air mata.

Nah, anak adalah amanah yang kelak harus kita kembalikan pada Sang Khaliq. Selayaknya sebuah titipan, kita berkewajiban mengembalikannya dalam keadaan baik, sebaik ketika titipan tersebut diberikan. 



Total Tayangan Halaman

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah ibu rumah tangga penuh waktu dengan 4 orang putra putri. Menulis menjadi kegiatan positif mengisi waktu jeda dari mengurus keluarga. Content writer, freelancer dan menulis buku adalah pekerjaan sampingan, yang utama tetaplah ibu rumah tangga

Follow Us @soratemplates