Sabtu, 20 April 2019

Siapkan Anak Millenial menjadi Generasi yang Kuat

Sabtu, April 20, 2019 0 Comments

Bagaimana Menyiapkan Generasi Yang Kuat


Rasanya kita semua setuju bahwa tantangan era mendatang akan lebih berat bagi generasi millenial. Seiring bergerak majunya perkembangan zaman, hal negatif dan positif selalu berkejaran. Misalnya, ketika ditemukan vaksin untuk penyakit tertentu, pada saat yang hampir bersamaan kuman penyebab penyakit tersebut sudah berevolusi dan muncul dalam bentuk baru. Ilmuan tak kalah akal segera mampu memodivikasi vaksin standar menjadi vaksin plus. Kejar mengejar ini seperti tak akan pernah berhenti.

Nah, sebelum kita bahas bagaimana menyiapkan generasi yang kuat, sebaiknya kita sepakat dulu dengan pengertian “kuat”. Dari beberapa literasi yang saya baca, kuat disini mencakup tiga hal. Kuat aqidah (spiritual/ jiwa), kuat secara fisik dan kuat dari sisi ilmu (pengetahuan)

Kuat Aqidah

Mengapa kuat aqidah berada di posisi pertama? Karena kondisi spiritual seseorang akan mampu menuntun pada pilihan yang benar sesuai dengan apa yang ia yakini. Kekokohan aqidah membuat anak akan memiliki pendirian yang kuat dan tidak mudah terpengaruh. Jiwa yang kokoh sebagai pancaran dari kuatnya dasar aqidah akan dengan sendirinya dikuti oleh kekuatan berikuitnya yaitu kekuatan secara fisik. 

Kuat fisik

Kuat fisik berarti sehat raganya, dalam kondisi sehat seseorang bisa menjalani aktivitas dengan baik. Dalam kondisi yang sehat pula otak akan banyak menyerap hal-hal di sekitar yang membuat ia belajar. Pada proses inilah kuatnya ilmu akan terbentuk.

Kuat Ilmu


Setiap orang perlu menggunakan strategi untuk melakukan sesuatu. Tidak asal jalan, yang memungkinkan ia menabrak sesuatu. Perlu ilmu navigasi supaya tidak salah arah. Perlu teknik pemetaan supaya bisa mengambil rute paling cepat dan aman. Perlu ilmu beladiri supaya bisa melawan jika tiba-tiba ada yang menyerang. Ini sih sebagai ilustrasi saja, bahwa kehidupan mendatang mereka akan membutuhkan kekuatan ilmu, tidak hanya supaya bisa bertahan tetapi supaya bisa jadi pemennag.

Sekarang, tugas kita sebagai orang tua adalah menyiapkan, membantu dan membersamai prosesnya. 


Orang Tua Bertugas Menyiapkan

Nah, sekarang kita kupas bagaimana langkah-langkah menyipakan generasi yang kuat.

1.       Kuat Aqidah

Bahwa, anak adalah amanah dari Allah. Kepada-NYA lah, ia akan kita kembalikan pada pemilik hakiki. Pemahaman tentang keyakinan berketuhanan barangkali masih sulit dijabarkan pada anak. Cara yang paling tepat adalah membericontoh nyata bagaimana seseorang seharusnya bersikap, sesuai tuntunan Allah. Kehidupan spiritual yang sehat, akan menggiring seseorang pada pola hidup yang sehat pula.  


2.       Kuat Fisik

Bagaimana membuat anak memliki fisik yang kuat? Yaitu dengan asupan yang sehat pula. Masih berkaitan dengan poin 1, asupan gizi anak yang pertama haruslah sesuatu yang halal. 

Asupan gizi seimbang sebaiknya berasal dari bahan yang baik (kualitas baik), diolah dengan cara yang baik, dan dikonsumsi dengan baik pula. Pada poin ini anak akan belajar pula tentang adab makan dan minum, pola makan dengan gizi seimbang, dan pola hidup sehat seperti berolah raga untuk menjaga kebugaran badan.

Dalam keadaan sehat, anak akan bahagia. Dalam keadaan bahagia, ia akan sangat mudah menerima (mempelajari) sesuatu.
  

3.       Kuat Ilmu

Generasi millenial harus pintar, cerdas, kreatif, dan seorang pembelajar. Kekuatan ilmu akan menjadi jalan menemukan cara (teknik, strategi, dll) menghadapi dan menjalani kehidupan di masa yang akan datang. 

Seorang pembelajar tidak akan puas atau berhenti pada pencapaian tertentu, tetapi selalu memperbarui ilmu. Seperti pada cerita saya tentang vaksin dan kuman yang berkejaran, generasi yang kuat akan selalu punya tenaga untuk menjadi pemenang.



Minggu, 07 April 2019

Ceritaku Mejadi Juara Lomba Artikel

Minggu, April 07, 2019 8 Comments

Sebelumnya, mohon maaf dulu ya, pembaca ... tulisan ini sekedar cerita pengalaman saya mengikuti lomba penulisan. Bukan hendak memamerkan apa yang saya raih, karena saya tahu banyak yang jauuuh lebih hebat dari saya dan langganan juara.

Baiklah, ini pengalaman pertama mengikuti lomba penulisan setelah hampir setengah tahun ini saya mantap menggeluti dunia literasi.


Informasi di hari terakhir 

Pagi itu saya dapat kiriman foto dari teman lewat Whattspp mesenger. Rupanya foto flyer lomba artikel yang diselenggarakan oleh Koperasi Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Deadline-nya hari itu juga pukul 22.00. Saya langsung tertarik begitu melihat peraturan lomba yang tidak terlalu rumit. Fyi, saya kurang suka lomba yang mewajibkan follow akun tertentu dan tag beberapa akun, sementara lomba ini tanpa peraturan itu 

Flyer lomba penulisan artikel


Dengan cepat saya berusaha mempelajari ketentuan lomba. Temanya tentang ekonomi syariah, dengan sub tema peran koperasi syariah dalam memajukan UMKM. Jujur saya jarang sekali menulis artukel dengan tema ekonomi. Tetapi pantang mundur saya pun membuka mesin pencari dan mengetik UMKM. Saya dapat beberapa informasi tentang UMKM dari situs resmi Kementrian Koperasi dan UKM. Lalu karena fokusnya lebih pada koperasi syariah saya cari artikel tentang hukum berniaga dalam Islam, termasuk mengenai koperasi.


Bismillah, sayapun mulai menulis. Pada kalimat pembuka, saya mengutip salah satu ayat tentang riba, bahwa Allah akan memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Ayat inilah yang menjadi dasar pemikiran artikel yang saya tulis.

Selanjutnya saya memaparkan ide tentang bagaimana koperasi syariah bisa mendukung majunya UMKM. Ada lima poin yang saya tulis, yaitu tentang menghilangkan riba, membatasi ruang gerak bank keliling, gerakan muslim berdaya tanpa bank, pemberdayaan kaum duafa dan menguatkan ekonomi masyarakat "dari kita untuk kita".

Baca artikel lengkapnya disini 

Sekian waktu berlalu, sehari menjelang pengumuman saya membuka website penyelenggara lomba. Tak ada tanda-tanda tentang pengumuman lomba artikel (Ya iya lah, belum tiba waktunya, hehe)


Pengumaman Pemenang


Pada hari-h pengumuman lomba, saya malah pas sibuk banget, sepagian handphone hampir tidak kepegang. Tetiba pada baru online ada notifikasi pesan masuk dari panitia lomba.

"Assalamu'alaikum ibu sitatur rohmah, alhamdulillah untuk lomba artikel ibu mendapatkan juara 1 ,Juara 1 mendapatkan total hadiah senilai 500rb >>> , dibagi menjadi 31. Uang Tunai Rp. 300 ribu ripiah ,2. Voucher belanja di SMM Daarut Bandung senilai 100ribu 3. Voucher Makan Di SMM Corner Daarut Tauhiid Bandung senilai 100 ribu" 

Beneran nih? Hati saya bertanya ragu. Selanjutnya saya menanyakan pada panitia yang menghubungi saya tentang cara pengambilan hadiah dan lain-lain. Saya pun diminta mengirim nomor rekening bank untuk mengiriman hadiah berupa uang tunai. Voucher makan dan voucher belanja kemudian atas kebikaksanaan panitia diganti dengan pulsa telpon, dengan pertimbangan saya tinggal di luar Bandung. Yang terakhir saya diminta menginformasikan alamat lengkap untuk pengiriman sertifikat pemenang lomba. 



Masyaallah, saya terkesan banget dengan panitia yang care dengan posisi saya yang di Solo, sedangkan lomba diselenggarakan oleh Koperasi Pondok Pesantren Da'arut Tauhid di Bandung. Informasi dan pengiriman hadiah yang cepat membuat saya mengacungi jempol pada panitia lomba. 

Akhirnya, dengan rasa syukur saya mulai tergerak untuk menekuni dunia penulisan dengan lebih baik lagi. Tidak setengah-setengah dan tidak asal menulis. Manulis dengan niat menebar kebaikan dan manfaat bagi banyak orang.    


Sebuah Catatan


Catatan bagi saya dari pengalaman lomba ini adalah :
1. Membuat artikel sesuai dengan ketentuan panitia
Hal ini berkaitan dengan tema, aturan penulisan termasuk keyword yang ditentukan, sebaiknya kita ikuti sesuai ketentuan lomba. Secara tulisan, karya saya mungkin tidak lebih baik dari juara ke-dua dan ke-tiga, tetapi secara tema dan keyword artikel saya lebih sesuai dengan ketentuan yang ada. 

2. Mengikuti prosedur lomba sesuai arahan panitia
Pada lomba ini panitia meminta peserta mengirim juga foto dengan ukuran tertentu dan format file tertentu. Saya pun mengikuti semua ketentuan yang ada.

3. Tiap lomba adalah ajang berlatih dan mengasah kemampuan menulis untuk lomba-lomba berikutnya.


Layaknya sebuah pengalaman, yang pertama ini akan tetap saya kenang sebagai pintu pembuka bagi dunia literasi untuk saya. Juara Pertama akan menjadi penyemangat saya untuk mencoba kompetisi-kompetisi penulisan lainnya.

(Review Buku) Hijrah Sakinah - Part 4 (Terakhir)

Minggu, April 07, 2019 17 Comments

(Review Buku) Hijrah Sakinah - Part 4 (Terakhir)



Setelah jeda cukup lama, saya dapat kesempatan menyelesaikan review buku yang tertunda. Sudah tinggal bagian akhir (dan biasanya bagian yang penting) sayang banget kalau tidak diselesaikan. Jadi supaya tujuan penulis buku ini tercapai saya lanjutkan review buku "Hijrah Sakinah"


Supaya nyambung dengan review sebelumnya boleh dibaca dulu review bagian 1-3
1.  Klik disini untuk membaca  Review 1

2.   Klik disini untuk membaca  Review 2

3.  Klik disini untuk membaca  Review 3

Media Sosial Pemicu Anti Sosial


Baiklah, kita masuk di bab tentang sosmed yang dijabarkan dengan judul "Ketika media sosial membuat anti sosial". Judulnya pas banget deh. Dari halaman 141 sampai 160 penulis berusaha membuka mata pembaca tentang efek buruk dari media sosial jika tidak ada tujuan baik dalam penggunaannya. Jadi memang kendalinya pada niat baik kita menggunakan media sosial, untuk kebaikan (mengambil manfaat) atau kesia-siaan. 

Dalam bab ini ada beberapa listing tips berkaitan dengan positif ber-medsos. Diantaranya tentang kopdar atau kopi darat, bagaimana mencegah kecanduan medsos, supaya tidak "gila" terseret drama medsos dan bagaimana curhat di medos. Dibahas juga tentang kotak kaca yang kadang jadi perngganggu dalam rumah tangga yaitu televisi. Satu hal yang penting untuk digaris bawahi dari bab ini adalah bahwa suami dan istri adalah pakaian satu sama lain. Maka sudah seharusnya saling melindungi bukan membuka rahasia kesana kemari. Hmm... nonjok betul.


Bab selanjutnya adalah tentang Kesetiaan. Bab yang menurut penulis bagus dibaca bagi para suami, atau tepatnya dibaca bersama sama dengan pasangan. Alasannya adalah bahwa tugas suami bukan hanya untuk setia di samping istri, tetapi juga menjaga agar istri setia padanya. Banyak hal penting yang perlu tidak sekedar dibaca, tetapi direnungi dan tentu saja dilaksanakan. Yaitu tentang kecemburuan dalam rumah tangga, tentang mantan dan CLBK, lalu “Predator itu bernama Pelakor” dan tentang kebiasaan mengunggah swafoto di medsos yang bisa jadi pengikis kesetiaan. Pembahasan menarik ini ada di halaman 161-180.

Penghancur Utama

Penghancur rumah tangga  yang utama adalah setan. Eratkan hubungan suami-istri seperti rapatnya shaf shalat supaya tidak ada celah bagi setan untuk menggoda. Prestasi terbesar bagi setan adalah ketika ia bisa memisahkan suami dengan istri dalam akad cerai. Pada keadaan ini setan akan dapat apresiasi lebih dari teman-temannya. Naudhubillahi min dzalik.

Godaan lain yang juga bisa menghancurkan ikatan perkawinan adalah orang-orang dengan mulut lincah. Untuk orang dengan tipe ini, tidak perlu didengar kata-katanya,  karena sejatinya apa yang ia ucapkan adalah berasal dari bisikan setan.

Hati-hati juga dengan perempuan perusak rumah tangga. Menurut penulis, ada alasan mengapa perempuan yang memiliki fisik dan otak bagus bisa menjadi pengganggu para pria mapan (biasanya sudah berkeluarga), Yang pertama bahwa dia tidak mau mencari nafkah, tidak ingin merepotkan diri dengan pernikahan, lalu adanya trauma masa lalu dan yang terakhir adanya kelainan psikologis. 

Keempat alasan ini bukanlah alasan yang bisa dibenarkan untuk merusak ikatan yang diikrarkan dengan nama Allah. Bagaimana supaya bisa terhindar dari godaan setan model ini? Jawabannya adalah mendekatkan diri pada Allah, supaya terlindungi dan terhindar dari godaan setan.

Kadang godaan juga berasal dari keluarga besar  baca tentang hal ini di halaman 191-198. Hati-hati juga dengan sahabat (sedekat apapun), dengan teman dekat ini tetap harus ada batas yang jelas mana yang boleh dibagi dengan sahabat dan mana ranah privasi kita.

Jika diminta memlilih bagian mana dari buku ini yang paling penting, menurut saya ada pada halaman 206. Menurut saya, disinilah inti dari usaha supaya “hijrah sakinah” terlaksana, yaitu dengan mengutamakan keluarga.




Mencari Tempat Curhat

Nah, bagaimana jika kita memang merasa tidak kuat dengan problem rumah tangga yang mendera? Jika memang searasa sudah memenuhi otak dan hampir meledak, kita bisa mengurainya dengan bantuan berbegi, curhat atau konsultasi pada pihak ketiga. Pihak ketiga ini bukan sembarang orang, ya. Pilihlah orang dengan kriteria sebagai berikut :
1.    Memiliki ilmu agama yang mumpuni
Pernikahan adalah ikatan yang diatur dalam agama, maka dasar-dasar fiqih perlu menjadi pertimbangan dalam memilih jalan keluar. Maka pilihlah penengah dengan ilmu agama yang baik.
2.    Amanah
Pihak ketiga ini tentu diharapkan bisa menjaga rahasia atau aib keluarga kita. Maka pihak ketiga haruslah orang yang menepati janji dan bisa memegang amanah yang kita berikan dengan baik.
3.    Memiliki kemampuan atau pemahaman yang baik tentang pernikahan
Melakukan konsultasi sebaiknya memang pada ahlinya. Ahli secara keilmuan atau bisa juga secara pengalaman.
4.    Tidak memihak
Penengah, memang seharusnya ada diantara dua pihak yang berseteru. Tidak memihak salah satu pihak, supaya tujuan berdamai bisa tercapai.

Selanjutnya pada bagian akhir, penulis menekankan pentingnya komunikasi untuk menyelesaikan masalah. Sebelum semua terlanjur kacau balau, cobalah untuk memraktikkan tips yang ada pada halaman 219-222.

“Pernikahan yang kuat bukan berisi suami-istri yang sempurna seperti dalam drama. Pernikahan yang kuat terdiri dari dua manusia yang penuh kekurangan dan keterbatasan, namun mereka tidak pernah berhenti berusaha, mereka menolak untuk menyerah”.



Nah, selesailah saya mereview buku Hijrah Sakinah Mengatasi 55 Masalah Utama Pernikahan Semudah Senyum, yang ditulis oleh Hanny Dewanty. Buku setebal 240 halaman ini diterbitkan oleh Ikon yang merupakan bagian dari Imprint Penerbit Serambi. Cetakan I beredar bulen September 2018 dengan ISBN : 978-602-61440-8-9.
Buku dengan cover biru muda dan halaman dalam berwarna merah muda milik saya sudah sedikit kucel karena sering saya bawa kemana-mana dalam tas saya. Maklum saya bukan tipe pembaca cepat, selain memang mau dibuat revienya. Saya bawa terus supaya ketika ada kesempatan dalam perjalanan saya bisa melanjutkan membaca dan membuat catatan yang saya tuangkan dalam artikel review ini.
Semoga bermanfaat.

Surakarta, 8 April 2019

Sitatur Rohmah

Total Tayangan Halaman

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah ibu rumah tangga penuh waktu dengan 4 orang putra putri. Menulis menjadi kegiatan positif mengisi waktu jeda dari mengurus keluarga. Content writer, freelancer dan menulis buku adalah pekerjaan sampingan, yang utama tetaplah ibu rumah tangga

Follow Us @soratemplates