Resensi Buku
Judul
: Filantropis (Bukan Sekadar
Romansa)
Penulis
: A. Liana
Penerbit
: Diandra Kreatif Yogyakarta
Jenis
buku : Novel/ cerita fiksi
Cetakan
: 1, Februari 2019
Halaman
: XIV + 158 (13 X 19 cm)
ISBN
: 978-602-336-899-0
Masih ingatkah kita dengan sosok Sutopo Purwo Nugroho (Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas BNPB)? Pak Sutopo-demikian biasa dipanggil- meninggal bulan Juni 2019 karena penyakit kanker paru-paru stadium
4B yang diderita sejak Januari 2018. Seseorang
yang dianggap sebagai hero atau
pahlawan bagi kemanusiaan dalam kehidupan nyata adalah seorang penyintas kanker.
Berita tentang kehidupan pribadi Sutopo ini kemudian mampu mengalahkan rating
berita bencana yang selama ini sering dikaitkan dengan namanya. Kecintaan dan
pengabdian pada kemanusiaan mampu mengalahkan rasa sakit yang dideritaya. Dalam
keadaan yang tidak sehat, Sotopo memilih hadir untuk masyarakat Indonesia
dengan informasi akurat dari BNPB untuk membantu lebih banyak orang lagi. Kini namanya
abadi dalam hati setiap orang Indonesia, sebagai seorang filantropis sejati.
Novel
yang saya resensi ini, sebenarnya mengangkat tema kemanusiaan. Tentang relawan konsen pada kegiatan amal seperti
pertolongan pada korban bencana alam, kegiatan sekolah gratis, dan penggalangan
dana kemanusiaan. Menyoroti kehidupan pribadi para pekerja sosial atau relawan,
pada kisah asmara yang bukan sekadar romansa.
Jiwa filantropis yang demikian
mendarah daging pada tokoh-tokoh dalam novel ini membuat semua pertimbangan
dalam tiap kehidupannya tidak sekadar bagaimana ia bahagia, tetapi apakah ia
sudah membahagiakan orang lain.
Filantropis, bercerita
tentang cinta segitiga antar Laras, Vino dan Adjie. Laras dan Adjie adalah
teman sesama relawan yang aktif dalam beberapa kegiatan kemanusiaan. Sedangkan
Vino adalah laki-laki bengal yang dijodohkan dengan Laras demi alasan
penyelamatan masa depan keluarga besar Laras. Vino adalah anak dari pengusaha
kaya, yang bersedia menyuntikkan dana besar supaya perusahaan yang dirintis almarhum
ayah Laras tidak bangkrut. Syaratnya adalah Laras menerima perjodohan dengan
Vino.
Cinta
segitiga tersebut kemudian dibalut dengan konflik yang dialami masing-masing
tokoh di dalam novel ini. Laras ternyata diketahui mengidap kanker leher rahim
stadium akhir. Vino yang awalnya hanya bersedia menikah demi status ternyata
kemudian benar-benar jatuh cinta pada Laras, disisi lain, mantan pacar Vino
yang tidak terima berusaha membunuh Laras yang sedang terbaring lemah di rumah
sakit. Sedangkan Adjie dipusingkan dengan desakan ibunya yang sudah renta untuk
segera menikah, bahkan berusaha menjodohkan Adjie dengan gadis pilihan ibunya.
Seperti
judulnya, buku ini memang bukan melulu mengumbar cerita romansa. Filantropis
digambarkan dalam banyak kejadian yang menyentuh pembaca. Pengorbanan demi
membahagiakan sesama dan perjuangan membantu daerah yang terkena bencana. Menyoroti juga bagaimana seseorang yang
dulunya berlumur dosa, kemudian mendapat hidayah dan berusaha berubah menjadi
baik dan sangat peduli dengan orang lain.
Mengangkat
tema humanis menjadi kekuatan terbesar dari novel ini. Pembaca akan mendapat
energi positif dari cerita kemanusiaan yang banyak diugkap, bahwa kebahagiaan
sebenarnya bukan terletak apa yang kita dapat, tetapi lebih pada apa yang mampu
kita berikan pada orang lain, itulah kebahagiaan yang hakiki.
Sayangnya
konflik yang dibangun cukup pelik, sedangkan penyelesaiannya sangat sederhana
dan terkesan terburu-buru. Kasus kanker dengan stadium IV digambarkan selesai
dalam beberapa bulan setelah operasi pengangkatan rahim, padahal diceritakan
bahwa kanker itu sudah mengalami metastasis atau merambat pada organ lain. Atau
sedemikian cepatnya perubahan Vino yang awalnya seorang playboy menjadi sosok yang humanis, sekaligus religius. Akan lebih
menarik jika novel ini bisa dibuat lebih tebal dengan menggali lagi penyelesaian
konfliknya sehingga perjuangan para tokohnya bisa dirasakan pembaca, bukan perubahan
yang serta merta.
Novel
yang habis dalam sekali baca ini tetap recomended
untuk menjadi bacaan ringan di akhir pekan. Pesan yang dibawa dan pelajaran
yang bisa dipetik setelah membaca novel inipun cukup banyak, dan semua mengakar
kepada judul novel ini “Filantropi” segala hal yang berkaitan dengan cinta pada
sesama manusia.
Lalu,
dengan siapa kemudian Laras menikah? Dengan Vino yang sudah berubah total
menjadi pria santun dan penuh perhatian, atau dengan Adjie laki-laki yang
diam-diam dicintai Laras sejak pertama kali bertemu?
Wah... Kisah cinta Segitiga lagi. Menarik ini sepertinya
BalasHapusiya, dan endingnya cukup tak terduga. hehe
BalasHapus